1.Tujuan (Kembali)
-untuk mengetahui apa itu Fuzzy Inference System
-untuk mengetahui proses dari  Fuzzy Inference System
2.Alat dan Bahan (Kembali)
tidak ada alat dan bahan digunakan 
3.Dasar Teori (Kembali)


Fuzzy Inference System

Sistem fuzzy dari pengetahuan suatu sistem dengan cara ditransfer ke dalam perangkat lunak yang selanjutnya memetakan suatu input menjadi output berdasarkan IF-THEN rule yang diberikan disebut dengan Fuzzy Inference System (FIS). FIS telah berhasil diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti kontrol otomatis, klasifikasi data, analisis keputusan dan sistem pakar. FIS bisa dibangun dengan dua metode, yaitu metode Mamdani dan metode Sugeno. Kedua metode hanya berbeda dalam cara menentukan harga output FIS. Metode Mamdani adalah metode yang paling sering dijumpai ketika membahas metodologi-metodologi fuzzy. Mamdani menggunakan sekumpulan IF-THEN rule yang diperoleh dari operator/pakar yang berpengalaman. Keluaran FIS tipe Mamdani berupa fuzzy set dan bukan sekedar invers dari fungsi keanggotaan output. Dengan kata lain, untuk menghitung harga keluaran dari suatu IF-THEN rule, metode Mamdani harus menghitung luas di bawah kurva fuzzy set pada bagian keluaran (THEN-part). Selanjutnya dalam proses defuzzifikasi, metode Mamdani harus menghitung rata-rata (centroid) luas yang diboboti dari semua fuzzy set keluaran dari semua rule, kemudian mengisikan rata-rata tersebut ke variabel keluaran FIS. Namun, dalam banyak kasus, akan jauh lebih efisien jika menghindari menghitung luas di bawah kurva fuzzy set keluaran. Sebagai gantinya, bisa menggunakan single spike sebagai fungsi keanggotaan keluaran. Fungsi keanggotaan keluaran demikian dikenal dengan fungsi keanggotaan singleton dan bisa dianggap sebagai sebuah pre-defuzzified fuzzy set. Pendekatan demikian jauh lebih menghemat waktu komputasi daripada metode Mamdani standar yang mengharuskan penentuan centroid sebelum proses defuzzifikasi. Pendekatan ini didukung dalam FIS tipe Sugeno. Secara umum, FIS tipe Sugeno dapat diaplikasikan pada sembarang model inference system dimana fungsi keanggotaan keluaran adalah konstan atau linier. 

1.Contoh Kasus

Fuzzifikasi Input
FIS mengambil masukan-masukan dan menentukan derajat keaggotaannya dalam semua fuzzy set menggunakan fungsi keanggotaan masing-masing fuzzy set.

Operasi Fuzzy Logic

Operasi fuzzy logic perlu dilakukan jika bagian antecedent terdiri dari lebih dari satu pernyataan. Hasil akhir dari operasi ini adalah derajat kebenaran antecedent berupa bilangan tunggal. Bilangan ini nantinya diteruskan ke bagian consequent.. Masukan operator fuzzy adalah dua atau lebih derajat keanggotaan dari variabelvariabel input. Keluarannya berupa nilai kebenaran tunggal. Operator fuzzy untuk melakukan operasi AND and OR bisa dibuat sendiri. Namun biasanya dengan memakai fungsi min dan max sudah mencukupi untuk berbagai keperluan.


Implikasi 

Implikasi adalah proses mendapatkan consequent/keluaran sebuah IF-THEN rule berdasarkan derajat kebenaran antecedent. Namun ketika rule diberi bobot maka keluaran IF-THEN rule juga harus dikalikan dengan bobot tersebut. Semakin besar bobot rule berarti semakin besar efek rule tersebut pada keluarannya. Setelah setiap rule diberi bobot, proses implikasi baru bisa dilakukan. Implikasi dilakukan pada tiap rule. Masukan dari proses implikasi adalah derajat kebenaran bagian antecedent dan fuzzy set pada bagian consequent. Implikasi akan mengubah bentuk fuzzy set keluaran yang dihasilkan dari consequent. Dua fungsi yang sering digunakan dalam proses implikasi adalah min dan prod (product, menskalakan fuzzy set keluaran).

Agregrasi 

Setelah keluaran setiap IF-THEN rule ditentukan (yaitu berupa sebuah fuzzy set keluaran yang sudah diboboti) pada tahap implikasi, maka tahap selanjutnya adalah melakukan proses agregasi, yaitu proses mengkombinasikan keluaran semua IFTHEN rule menjadi sebuah fuzzy set tunggal. Jika bagian consequent terdiri lebih dari satu pernyataan, maka proses agregrasi dilakukan secara terpisah untuk tiap variabel keluaran IF-THEN rule. Pada dasarnya, agregasi adalah operasi fuzzy logic OR dengan masukannya adalah semua fuzzy set keluaran dari IF-THEN rule. Tiga fungsi yang sering dipakai dalam agregasi adalah max, probor (probabilistic OR), dan sum (menjumlahkan semua fuzzy set keluaran).
Defuzifikasi
Kalau masukan dari fuzzifikasi adalah sebuah bilangan tunggal (yaitu harga variabel masukan dan keluarannya adalah derajat keanggotaan dalam suatu fuzzy set dalam antecedent, maka masukan dan keluaran defuzzifikasi adalah kebalikannya. Masukan defuzzifikasi adalah sebuah fuzzy set (dalam hal ini fuzzy set hasil agregasi) dan keluarannya adalah sebuah bilangan tunggal untuk diisikan ke sebuah variabel keluaran FIS. Ada beberapa versi jenis bilangan tunggal yang dimaksud tersebut. Mungkin, yang paling populer adalah center of area atau centroid di bawah kurva dari fuzzy set hasil agregasi. Cara menghitungnya adalah sama seperti menghitung pusat masa dari suatu kurva tertutup (centroid calculation) (lihat Gambar 3.6). Metode lainnya yang bisa digunakan adalah bisector, middle of maximum (rata-rata dari harga maksimum fuzzy set keluaran), largest of maximum, dan smallest of maximum.


2 Diagram FIS
Proses dalam FIS tersusun atas semua diagram-diagram kecil yang perlihatkan sejauh ini. Untuk lebih memudahkan dalam memahami proses yang terjadi dalam FIS, Gambar 3.7 menunjukkan sebuah diagram singkat FIS. Perhatikan bahwa proses dalam FIS dimulai dari masukan-masukan di bagian kiri bawah, kemudian bergerak mengevaluasi semua rule secara paralel, dan kemudian mengkombinasikan keluaran-keluaran semua rule untuk dijadikan keluaran tunggal di bagian kanan bawah. Penggambaran diagram demikian adalah sebuah cara yang sangat kompak untuk menunjukkan segala sesuatu yang terjadi dalam FIS dengan sekali melihat saja, dari mulai fuzzifikasi variabel-variabel linguistik sampai proses defuzzifikasi hasil agregasi.


3.FIS Tipe Sugeno
Sejauh ini kita hanya membahas FIS dengan tipe Mamdani. Tipe ini adalah tipe standar yang paling umum dipakai. Tipe alternatif yang juga sering dipakai dalam proses fuzzy inference adalah tipe Takagi-Sugeno-Kang atau FIS tipe Sugeno mirip dengan tipe Mamdani. Proses fuzsifikasi, operasi fuzzy logic, dan implikasinya adalah tidak ada bedannya dengan yang dipakai dalam FIS tipe Mamdani. Perbedaannya terletak pada jenis fungsi keanggotaan yang dipakai dalam bagian consequent. FIS tipe Sugeno menggunakan fungsi keanggotaan output yang bersifat linier atau konstan. IF-THEN rule dalam FIS tipe Sugeno berbentuk seperti berikut:
Keluaran rule demikian bukan dalam bentuk fungsi keanggotaan, tetapi sebuah bilangan yang mana berubah secara linier terhadap variabel-variabel input, yaitu mengikuti suatu persamaan bidang z=av+bw+c. Jika b=0, FIS dikatakan berorder satu dimana keluarannya mengikuti persamaan garis yaitu z=av+c. Jika a=b=0, FIS dikatakan berorder nol, karena keluarannya berupa sebuah bilangan konstan, yaitu z=c. Gambar 3.9 menunjukkan proses dalam FIS tipe Sugeno order nol. Gambar 3.9 menunjukkan proses dalam FIS tipe Sugeno order nol. Proses defuzafikasi dalam FIS tipe Sugeno jauh lebih efisien daripada FIS tipe Mamdani. Hal ini karena FIS tipe Sugeno menghitung nilai keluaran dengan cara seperti berikut:
dimana 𝑤𝑖 , adalah hasil proses operasi fuzzy logic antecedent dan 𝑧𝑖 adalah keluaran rule ke-i. Keluaran akhir, Output, tidak lain adalah sebuah weighted average. Bandingkan dengan FIS tipe Mamdani yang harus terlebih dahulu menghitung luas di bawah kurva fungsi keanggotaan variabel keluaran. Suatu keuntungan dari FIS tipe Sugeno adalah bahwa dengan hanya order nol sering kali sudah mencukupi untuk berbagai keper Sugeno dengan order lebih besar dari 1 adalah dengan membayangkan setiap TE-TIT proses operasi fuzzy logic antecedent dan zadalah tan pemodelan. Sebuah cara paling mudah untuk memahami FIS rule mewakili sebuah mode operasi yang “bergerak” (moving operating point). Sementara sebuah rule dalam FIS Sugeno order nol (atau bahkan tipe Mamdani) hanya mewakili sebuah mode operasi yang “diam”. FIS tipe Sugeno dengan order 1 atau lebih sudah mencukupi dalam pemodelan sistem-sistem nonlinier. FIS tipe Sugeno mempunyai kemampuan untuk melakukan memodelkan sistem nonliner dengan melalukan interpolasi antar model-model linier. Setiap model linier diwakili dengan sebuah rule order 1 atau lebih.

 

4.Percobaan (Kembali)
tidak percobaan yang dilakukan 

5.Video (Kembali)





6.Download(Kembali)
link video  klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  BAHAN PRESENTASI MATAKULIAH ELEKTRONIKA 2021  OLEH: Puad salim 2010951023 Dosen Pengampu: Dr.Darwison,M.T Jurusan Teknik Elektro Fakultas ...